I. IDENTITAS
- Judul : Ayahku Seorang Guru Mengaji
- Pengarang : Hamsat Rangkudi
- Sumber : Horison
II. SINOPSIS
Ayah adalah seorang guru mengaji dan pembuat kasur di daerah rumah. Ayah mengajar mengaji kepada anak - anak di sekitar rumah. Tiap sesudah maghrib, saya memompa lampu petromaks untuk menerangi anak - anak di beranda rumah yang sedang mengaji. Ayah belum ingin memasang listrik walaupun Rumah - rumah di sekitar rumah saya sudah menggunakan listrik. Ayah hanya diberi uang seikhlasnya dari orang tua anak - anak yang mengaji pada ayah. Ayah tidak mengharapkan bayaran dari mereka, karena ayah mengajar mengaji dengan ikhlas.
Semakin lama, anak - anak yang belajar mengaji di ayah makin berkurang dan akhirnya tidak ada anak - anak yang belajar mengaji lagi di ayah. " Anak - anak itu sudah terpengaruh oleh tontonan TV, mereka lebih tertarik menonton daripada mengaji " kata Ayah. Akhirnya ayah tidak mengajar mengaji lagi.
Sesudah magrib saya mengaji di beranda dekat ayah, agar ayah tidak merasa kehilangan anak - anak yang mengaji.
" Lebih baik kamu ikut Pak Sanusi saja, mengaji dan berdo'a di pemakaman " kata Ibu. Ayah hanya terdiam. " Bagaimana dengan pemesanan kasur? Sudah ada yang pesan? " Kata Ibu kembali. " Mungkin besok " jawab Ayah.
" Mana yang kata orang - orang kawin tanpa kasur yang di buat ayah tidak pas? Mereka semua sudah ganti ke kasur busa. " Sindir ibu kepada ayah. Dan ayah terdiam lagi mendengar ibu. Saya hanya mendengarkan mereka berdua berbicara, sambil memompa lampu petromaks. Dan wajah ayah semakin jelas terlihat.
Ibu berjualan bunga di pemakaman untuk orang - orang yang berziarah. Ketika saya mengantar ibu ke pemakaman untuk berjualan bunga, ibu meminta saya membujuk ayah untuk mengaji dan berdoa di pemakaman, karena ayah selalu menolak permintaan ibu jika ibu menyuruh ayah ke pemakaman.
Ayah tidak ingin berdo'a untuk orang yang sudah meninggal. Pada malam hari pak Sanusi ke rumah dan berbincang dengan ayah, entah apa yang mereka bicarakan. Tapi keesokan harinya ayah pergi dengan ibu ke pemakaman umum dan bekerja seperti pak sanusi. Setelah beberapa minggu bekerja, suatu malam ada orang Kaya yang ke rumah, ternyata dia orang yang pernah menggunakan jasa ayah mengaji di pemakaman. Dan dia mengajak ayah ke rumahnya karena istrinya baru saja meninggal. Setelah kejadian itu, ayah selalu di jemput ke rumah orang kaya itu untuk mengajar mengaji anak - anaknya.Dan tidak hanya itu ayahpun di Ajak pergi haji untuk membimbing mereka di sana.
III. KOMENTAR
Tema dalam cerpen ini seperti kejadian pribadi si pengarang. Jadi, pengalaman si pengarang di jadikan tema atau landasan pikiran dalam pembuatan cerpen ini. Banyak sekali pesan yang terdapat dalam cerpen ini. Seperti apabila kita ikhlas dalam melaksanakan suatu pekerjaan, maka kita akan Mendapatkan yang lebih besar dan lebih baik dari apa yang kita harapkan.
Alur cerita cerpen ini cukup menarik, alur yang digunakan dalam cerpen ini adalah alur maju. Alur cerita bagus dan tidak membosankan karena cerita dari cerpen ini tidak datar, jadi tidak hanya keadaan keluarga yang menyedihkan dan mengharukan tapi terdapat sebuah kebahagiaan di akhir cerita.Banyak sekali Terdapat nilai - nilai agama dan moralnya. Menurut saya, apabila judul cerpen ini di ubah bisa di buat menjadi " hasil dari sebuah keikhlasan dan kesabaran " karena isi dari cerpen ini banyak membicarakan tentang ikhlas dan sabar.
Selasa, 11 November 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
jihan kau sudah melihat blog ku blum?
wah kau suka membaca ya......?
n_n
Posting Komentar