Selasa, 11 November 2008

RESENSI NOVEL

I. IDENTITAS.

- judul : jangan pergi jonggi!
- penulis : Saut Poltak Tambunan
- Penerbit : LOGUNG PUSTAKA'
- cetakan pertama : Agustus 2005
- Jumlah halaman : 206 halaman
- Tempat terbit : Jogjakarta

II. SINOPSIS

Kesejukan masih saja menyelimuti kawasan bukit pekuburan Dolok Nagodang ini, kendati sudah tengah hari, matahari sudah menyala tepat di atas ubun - ubun. " mengaso dulu ah! rasa mau patah pinggangku " kata binsar. ia melangkah ke atah pohon mangga yang tak jauh dari kuburan itu, tampak menunggu reaksi Jonggi. sambil duduk ia mengeluarkan sebunghkus rokok merk luar negeri dari sakunya dan mulai mengisapnya.

Dari ketinggian sini tampak hamparan danau toba yang berkabut. sesekali masih tampak burung elang melayang di atas kampung, mengintai anak ayam yang lengah. Jonggi menyusul berteduh. Jonggi menanyakan kerja temannya itu di kota.

Sudah sejak kemarin Binsar pulang. liburan katanya. hari ini ia mengajak jonggi berziarah dan membersihkan kuburan bapaknya. Jonggi senang apalagi ketika binsar bercerita tentang hebatnya kota ke Jogjakarta.

banyak hiburan, banyak makanan enak, banyak senimannya, lebih dari itu banyak juga pekerjaan. belum lagi boru jawa yang manis dan ramah tidak seperti gadis - gadis di kampungnya. Jonggi dan Binsar bersahabat sejak si bangku SD. usai SMU Binsar di bawa namborunya tinggal di Jogjakarta. katanya kuliah. tak jelah entah kuliah di Universitas apa. " tapi aku tidak mau jadi gelandangan Sar, apalagi pelonceng " tukas Jonggi.

Keesokan harinya Binsar berjalan di sekeliling kampung sambil memamerkan telepon genggam yang dibawanya. Jonggi melihatnya, dan menambah percaya kalau di kota pasti hidup makmur seperti apa yang dilihatnya temannya saru ini. dengan bersemangat malam harinya, ia berbicara pada ibunya dan mengutarakan maksudnya, di rumahnya sedang berkumpul ibu - ibu dan para tetangga. lalu mereka semua tidak mengijinkan Jonggi untuk pergi karena Jonggi adalah pemuda satu - satunya di kampung itu yang menjadi tolok punggung keluarga dan warga sekitarnya. tetapi tekad Jonggi untuk pergi ke kota sangatlah bulat. dengan bekal seadanya ia pun berjanji bertemu dengan Binsar pada pukul 06.00 pagi di ujung jalan utama kampung.

keesokan harinya, tepat pukul 06.00 pagi ketika orang - orang kampung masih terlelap Jonggi pun berlari menyusuri jalan setapak di belakang rumahnya, jalan p[intas yang menghubungkan rumahnya ke jalan utama.

di jalan ia pun menangis dengan harapan di hati. Aku akan pulang dengan keberhasilan dan akan membangun kampungnya menjadi makmur.

III. KOMENTAR SAYA

menurut saya novel ini sangat bagus sekali. Alur ceritanya sangat menarik dan sulit untuk di tebak. Di lihat dari sampul novel ini terlihat sederhana tetapi menarik apalagi dengan tampilan warna cenderung orange dan cokelat. Kertas yang digunakan oleh novel ini juga bagus dengan Menggunakan kertas putih jadi tulisan terlihat jelas dan tidak buram.

Ceritanya menarik dan mudah di pahami karena bahasa yang digunakan dalam novel ini tidak terlalu berat atau tidak menggunakan bahasa yang sulit di mengerti. Bahasanya ringan dan sederhana.

Walaupun novel ini merupakan karya sastra namun cukup lunak. Cerita yang mengangkat kisah kehidupan pemuda kampung, memiliki makna dam memberi inspirasi yang baik,dan dapat di jadikan contoh, ada sedih dan ada senyum di dalamnya. Membuat pembaca ingin membaca lebih dalam lagi.Cerita ini membawa pembaca Merasakan kejadian dan lokasinya.

Tetapi novel ini di buat terbatas dan tidak ada cetakan keduanya, sehingga novel ini sulit di dapat.

1 komentar:

pura2kenal mengatakan...

siph siph....!!!!

ditunggu tulisan - tulisan jihan yang lainnya iaah ....!!!